Selasa, 30 September 2014

Absurdnya Hidup Raffi Ahmad


Okelah zaman ini mana ada sih privasi. Lo kasih tau semua hal ke jejaring sosial dari benda baru sampai benda kesayangan yang hampir usang. Dari lo bangun tidur sampe lo tidur lagi. Tapi lo bagikan itu secara sukarela. Nah! Kalau hidup lo sengaja dikorek-korek bagi gw ini udah absurd banget.

Ya kita juga tahu gimana keluarga Kardasihan jadi tajir melintir karena video bokep sampai bagaimana pernikahan 72 hari bikin heboh. Nah kalau pernikahan yang bakal disiarkan di stasiun TV swasta dan itu frekuensi publik kita sebagai penikmat acara gratisan ga bisa milih untuk ga nonton, ya pasti nonton.

Okelah lo punya kawan untuk curhat dan berkeluh kesah. Akan tetapi, saat kawan lo tiap hari muncul di infotainment bongkar rahasia lo bahkan cerita ke seluruh dunia soal mantan pacar lo saat hari pernikahan lo udah ada kurang absurd apa coba? Itu kalau temen yang lo ga punya hubungan darah, nah kalau adik lo sendiri aja udah ikut-ikutan harus bagaimana coba?

Di stasiun TV yang ga akan menyiarkan secara live acara pernikahan itu bahkan ada candaan satir, “acara TV isinya sama semua ko, gosip kecil mah ga bakal ada yang tahu,” kata salah satu artis ibukota.

Gila ga tuh, lo bahkan ga punya pilihan untuk membicarakan dan menonton yang lain di saat lo udah ganti stasiun TV yang katanya televisi berita. Ahahaha.

Inilah bedanya, Kardashian disiarkan di TV berbayar dan orang yang nonton mereka memang membayar untuk melihat bagaimana keluarga itu memperlihatkan segala hal tanpa sisa dan itu cuma satu stasiun TV yah. Sementara itu, kehidupan artis yang sedang menghitung hari minimal ada di lima stasiun TV tanpa henti. Dari lo membuka mata sampai mau nge-path untuk “sleeping”.
 

Dan gw cuma kasih judul orang yang gw bicarakan tanpa sekali pun gw sebut namanya dan gw tahu kalau kalian tahu siapa yang gw maksud.  
 

Selamat datang Oktober dan segeralah berakhir agar acara TV bisa ganti tema bahasan.

Rabu, 03 September 2014

4

Langit mengganas. Ia meranggaskan pula rona bahagia di wajahmu.

Hari ini mungkin bukan hari baik. Ada seorang pengamen yang bernyanyi cukup merdu tapi tidak juga buat segaris senyum di wajahmu tampak.

Aku ingin mengajakmu ke restoran favoritmu, katamu mulutmu pahit.

Aku patah arang untuk kembali melihat cerah di wajahmu.

Apakah kini begitu sulit membuat roman bahagia di wajahmu?

Matamu redup, biasanya takakan lebih dari tiga hari. Haruskah aku bersabar?

Masihkah aku harus bersabar?

Aku duduk di antara bintang yang main kejaran bersama lampu kota.
Aku berkejaran dengan angin dan suara knalpot.
Bahkan di gunung yang kudengar hanya mereka yang mencari tempat berteriak dan di dengar.

Ya aku mau membuat romanmu kembali bahagia, tapi aku kini ingin lebih berbahagia.