Sabtu, 27 Oktober 2012

Setahun Menerjang Jakarta



Pada mulanya adalah coba.
Awalnya hanya ada aku yang memulai untuk berdiri di atas kakiku. Menerjang pagi dan riuh rendah.
Awalnya adalah mulai menaiki tangga dan tiket tiap pagi dan petang.
Awalny aku menikmatinya dalam tiap langkah.
                Setengahnya aku mereguk, lalu?
Aku menemu pada nyaman.
Aku bertemu kawan dan smoga tanpa lawan.
Matahari smoga aku taklupa rupamu.
Bangun dan tidur.
Aku harap mataku masih membuka meski aku tau apa yang akan terjadi hari itu.
                Lalu aku mulai meragu.
Aku ragu saat aku mulai kalah oleh lelah.
Aku jengah dengan marah.
Aku lengah dan kehilangan yang tidak seharusnya.
                Masih duduk dan terpaku.
Kini. . .
Aku duduk dan masih terpaku.
Aku masih menatap layar yang belum berubah warna.
Hitam, coklat, putih, hijau, dan merah muda masih selalu sama.
Aku kembali tandatangan namun entahlah seberapa lagi aku masih terduduk.
.Mungkin.
Saya akan terus di sini.
atau
Pergi mencari langkah saya yang lain.
.Mungkin.
Saya akan kembali ke kasur dan berleha-leha.
.Mungkin.
Esok hari takada lagi keMUNGKINan