Jumat, 26 Desember 2014

Tentang Menghabiskan Waktu

Seberapa banyak waktu yang kamu punya hanya untuk dirimu sendiri?

Akhir-akhir ini saya sering kali berpikir egois, jangan-jangan saya tidak akan punya waktu lagi bersendiri. Untuk sebagian besar orang mungkin bersendiri tidaklah penting, sayangnya tidak begitu dengan saya.

Di saat-saat tertentu saya sering kali harus mengambil jeda bagi diri saya. Tidak membaca berita seharian penuh, tidak mengecek surel yang masuk, bahkan membukan pesan singkat di jejaring sosial.

Saya selalu merasa bahwa saya kadang butuh waktu bersendiri. Di antara kopi dan buku yang minta ditandaskan. Di antara bioskop dan toko buku.

Beberapa orang menyebutnya "me time" atau waktu yang "gw banget". Beberapa orang memilih melakukan apapun yang mereka sukai kala bersendiri, entah bertemu kawan lama atau berlama-lama di kamar, tanpa mandi dan perlu memikirkan apa pun.

Begitu pula saya. Bersendiri buat saya sering kali duduk sendirian di warung kopi, menunggu datangnya apa pun untuk ditulis. Bersendiri sering kali masuk bioskop menonton bersendiri bahkan saat si mbak tiket kaget dan berseru, "sendiri mbak?"

Bersendiri kadang hanya muter-muter pusat perbelanjaan tanpa ada satu barang pun yang dibeli. Dan memang begitu adanya? Bukan seberapa banyak uang yang dibabiskan? Bukan soal apa yang dilakukan?

Bahwa kadang kala kamu butuh jeda. Kamu butuh waktu untuk dirimu, sekedar diam dan takperlu memasang senyum pada siapapun.

Kadang kala kamu butuh jeda, bahkan dari mereka yang selalu menyayangimu dan bersedia kapanpun kamu ingin.

Rabu, 03 Desember 2014

Bersegeralah Men-DP

Tentu kalian sudah merasakan imbas harga kenaikan bahan bakar minyak (BBM)? Dan harga ongkos kopaja dan metro mini dan si burung biru akan segera menyusul.  Harga makan di warteg langganan juga tidak akan semurah biasa.

Konon bapak presiden kita tercinta yang prorakyat ini mengalokasikan dana subsidi BBM ke sektor yang lebih produktif, seperti infrastruktur, pendidikan dan kesehatan. Akan tetapi, saya mau menambahkan betapa Jokowi sangat ramah terhadap pebisnis. 

Apa buktinya? Pasar tetap merespons positif setelah kenaikan harga BBM - yang biasanya ga pernah terjadi. Hampir seminggu BBM naik disusul BI Rate, saham dan rupiah belum mengalami penurunan. 

Siapa yang diuntungkan? Tentu yang pertama adalah pelaku bisnis. Selama dengan kenaikan BBM dan BI Rate, suku bunga tidak naik, mereka toh masih aman-aman aja menjalankan usahanya. Lalu bagaimana nasib orang-orang semacam saya yang hanya butiran debu? 

Beberapa waktu yang lalu, saya baru mulai mikir untuk mencicil rumah karena diwanti-wanti sama si pengembang untuk beli sekarang sebelum BBM naik. Si saya sudah pede, karena untuk rumah pertama kita cuma harus kasih uang muka (down payment/ DP) paling banyak 30% berdasarkan peraturan dari Bank Indonesia, saya masih bisa beli rumah yang disebut rumah untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Untuk harganya? Cari tahu sendiri ajalah yah. Malu saya kalau harus neybutin di sini. Namun, harapan itu mulai terkikis begitu berita BI Rate naik 25 BOP menjadi 7,75%.

Angka-angka apaan sih tuh? Kalian boleh mikir angka itu ga penting. Sama saya juga, tapi begitu tahu dampaknya pada harapan saya di tahun depan untuk mencicil beberapa barang makin ga ada bayang-bayangnya. 

Beberapa pengamat khususnya properti memprediksi cepat atau lambat suku bunga akan naik. Ya itu suku bunga yang sangat berpengaruh terhadap kredit pemilikan rumah alias KPR yang sebelumnya udah tinggi itu. Di empat bulan pertama pasar di Indonesia bakal gonjang-ganjing untuk penyesuaian. 

Apa yang terjadi saat gonjang-ganjing terjadi? Ya daya beli bakal menurun. Kala daya beli menurun, harusnya sih harga-harga ikut turun, tapi masalahnya efek Jokowi bikin para pengusaha yakin kalau pasar bakal terjaga. Jadi ya semacam gaji lo belum disesuaikan dengan kenaikan BBM tapi harga-harga udah melambung tinggi. 

‎Makanya, mumpung harga-harga masih dikalkulasi sama si pemangku kepentingan hingga akhir tahun, saya sih menyarankan kalian kasih uang muka segera saat harga masih harga lama. Buruan cari KPR yang termurah segera. Konon KPR tertinggi saat ini di angka 14% dan tahun depan ada prediksi harga rumah naik sampe 10% atau yang terparah 15%. 

Itu harga rumah yang naik yah? Lalu bagaimana dengan prediksi penurunan daya beli? Penurunan daya beli bisa sampe ke angka 10%. Ya jadi setelah diitung-itung maka harga properti, khususnya, kira-kira bakal naik menjadi 25% dari harga tahun ini.

Udah bisa bayangin berapa harga-harga di tahun depan? ‎Saya sih udah dadah-dadah, sambil mikir inflasi bakal naik berapa. Dan mulai mengahapus daftar barang-barang. 

Tabik!‎

Sabtu, 01 November 2014

Tiga Tahun Menerjang Jakarta

Takterasa sudah tiga tahun menerjang Jakarta. Sudah kembali ke 1 November. Siapa sangka akan jatuh hati pada sesuatu yang sering kali dicaci.

Masuk tahun keempat segala mungkin takakan pernah sama lagi. Tempat yang baru. Wajah-wajah baru. Kini macet adalah teman akrab yang harus disiasati tiap waktu.

Umpatan, kini kita karib. Akan tetapi, lebih menarik dibandingkan tertahan di dalam hati. Ini tentu saja sebuah pembelaan, bukankah selalu ada pembelaan untuk sgala hal?

Memasuki tahun keempat, masih akan selalu ada yang dicari. Iya, dunia fana. Aku akan mencari jalan yang mudah untuk menjalaninya. Mencari jalan keluar tercepat dari benang kusut.

Langkah kini mungkin lebih banyak. Sepatumu mungkin lebih cepat tipis. Harapan negara ini bahkan telah berganti pada orang lain. Dan aku masih terus mencari.

Iya biarkan saja pada tiap kelok itu ada harapan yang aku tebak isinya. Biarkan apa yang ada di sana aku terka. Hingga aku mungkin taklagi mencari.

Biarkan aku seolah taktahu apa itu rasa syukur karena selalu gundah. Meski itulah caraku beryukur dan Kamu tahu itu.

Selasa, 30 September 2014

Absurdnya Hidup Raffi Ahmad


Okelah zaman ini mana ada sih privasi. Lo kasih tau semua hal ke jejaring sosial dari benda baru sampai benda kesayangan yang hampir usang. Dari lo bangun tidur sampe lo tidur lagi. Tapi lo bagikan itu secara sukarela. Nah! Kalau hidup lo sengaja dikorek-korek bagi gw ini udah absurd banget.

Ya kita juga tahu gimana keluarga Kardasihan jadi tajir melintir karena video bokep sampai bagaimana pernikahan 72 hari bikin heboh. Nah kalau pernikahan yang bakal disiarkan di stasiun TV swasta dan itu frekuensi publik kita sebagai penikmat acara gratisan ga bisa milih untuk ga nonton, ya pasti nonton.

Okelah lo punya kawan untuk curhat dan berkeluh kesah. Akan tetapi, saat kawan lo tiap hari muncul di infotainment bongkar rahasia lo bahkan cerita ke seluruh dunia soal mantan pacar lo saat hari pernikahan lo udah ada kurang absurd apa coba? Itu kalau temen yang lo ga punya hubungan darah, nah kalau adik lo sendiri aja udah ikut-ikutan harus bagaimana coba?

Di stasiun TV yang ga akan menyiarkan secara live acara pernikahan itu bahkan ada candaan satir, “acara TV isinya sama semua ko, gosip kecil mah ga bakal ada yang tahu,” kata salah satu artis ibukota.

Gila ga tuh, lo bahkan ga punya pilihan untuk membicarakan dan menonton yang lain di saat lo udah ganti stasiun TV yang katanya televisi berita. Ahahaha.

Inilah bedanya, Kardashian disiarkan di TV berbayar dan orang yang nonton mereka memang membayar untuk melihat bagaimana keluarga itu memperlihatkan segala hal tanpa sisa dan itu cuma satu stasiun TV yah. Sementara itu, kehidupan artis yang sedang menghitung hari minimal ada di lima stasiun TV tanpa henti. Dari lo membuka mata sampai mau nge-path untuk “sleeping”.
 

Dan gw cuma kasih judul orang yang gw bicarakan tanpa sekali pun gw sebut namanya dan gw tahu kalau kalian tahu siapa yang gw maksud.  
 

Selamat datang Oktober dan segeralah berakhir agar acara TV bisa ganti tema bahasan.

Rabu, 03 September 2014

4

Langit mengganas. Ia meranggaskan pula rona bahagia di wajahmu.

Hari ini mungkin bukan hari baik. Ada seorang pengamen yang bernyanyi cukup merdu tapi tidak juga buat segaris senyum di wajahmu tampak.

Aku ingin mengajakmu ke restoran favoritmu, katamu mulutmu pahit.

Aku patah arang untuk kembali melihat cerah di wajahmu.

Apakah kini begitu sulit membuat roman bahagia di wajahmu?

Matamu redup, biasanya takakan lebih dari tiga hari. Haruskah aku bersabar?

Masihkah aku harus bersabar?

Aku duduk di antara bintang yang main kejaran bersama lampu kota.
Aku berkejaran dengan angin dan suara knalpot.
Bahkan di gunung yang kudengar hanya mereka yang mencari tempat berteriak dan di dengar.

Ya aku mau membuat romanmu kembali bahagia, tapi aku kini ingin lebih berbahagia.

Senin, 14 Juli 2014

Saya dan Absurdnya Bank

Masyarakat urban zaman ini pasti punya lebih dari satu nomor rekening. Padahal mereka tahu makin hari buat rekening ribetnya makin menjadi.

Yang paling baru dan absurd menurut saya kenyataan untuk perseorangan sekarang kalau mau buka rekening baru harus punya telepon rumah (fixed phone). Sementara sekarang orang pakai ponsel, telepon genggam (handphone).

Jadilah orang kampung semacam saya yang tidak punya telepon rumah kelimpungan untuk sekadar mau menabung. Ya harus ditanya nomor kantor, nomor saudara, pokoknya kalau saya mau buka rekening harus ada telepon rumah.

Maka jadilah saya akal-akalan, yah ga akal-akalan juga sih, saya harus pinjam nomor telepon kawan yang saya hapal sejak kecil.

Padahal sayakan bukan lembaga survei yang memalsukan alamat apalagi nomor telepon untuk menggiring masyarakat bahwa capres yang menang si J atau si P. Apalagi saya ga mungkinlah yah, mau transfer uang buat beli bahan bom cuma karena pas saya buka rekening saya pake sorban untuk kerudung saya.

Tapi bukankah ini Indonesia, kalau bisa absurd kenapa harus normal?

Keabsurdan lain adalah perkara nama ibu kandung. Zaman sekarang, saat privasi hampir takada lagi, bukankah nama ibu adalah perkara mudah untuk diketahui.

Misalnya saja, seorang kawan di laman Facebooknya menulis nama seluruh keluarganya. Jadi buat apalagi sih nama ibu kandung ini?

Keribetan lain pemilik nomor rekening bisa punya aplikasi melalui layanan pesan singkat hingga internet tapiiiiii, pas ada masalah ujung-ujungnya harus balik ke bank tempat anda buka nomor rekening.

Okelah kalau semua keribetan ini berbanding lurus dengan keamanan dan pelayanan. Pada kenyataannya ada bank-bank yang bahkan sepi mbak telernya masih jutek aja. ATM tidak sering rusak atau masalah-masalah lainnya yang absurdnya kayak para pejabat negara ini.

Tapi toh pada kenyataannya menabung si bank adalah modern, padahal bukan untung yang saya dapet yang ada malah potongan. Apalah arti manusia zaman ini tanpa kartu yang bisa mereka gesek?

Jumat, 04 Juli 2014

Seminggu Menerjang Jakarta Jilid II

Jadi Juli ini saya memutuskan berpindah. Lebih tepatnya saat saya tepat 26 tahun saya melepaskan status saya sebagai karyawan kantor berita negara ini.

Keputusan yang besar mengingat 2,5 tahun saya menerjang Jakarta dengan status itu. Keputusan yang berat karena banyak yang beranggapan bahwa di sana sudah cukup baik. Keputusan yang berat karena cukup banyak yang harus diyakinkan bahwa ada hal-hal yanh masih harus saya cari di luar sana. 

Lalu tepat 1 Juli 2014 saya berpindah.

Hari ini tepat sepekan saya menerjang Jakarta sebagai karyawan di tempat lain. Percayalah bahwa memulai sesuatu yang baru di tempat yang baru selalu tidak mudah.

Dulu kawan-kawan baru yang bilang, "serem gw kenalan sama lo, jutek!" Hari-hari ini saya merasa semua orang jutek. Ya, betapa dunia dan Tuhan selalu adil.

Namun, saya sungguh menikmati hal baru ini. Saya sempat bilang pada seorang kawan, "saya merasa terlalu tua untuk memulai di tempat yang baru."

Sepekan ini adalah hari-hari saya menyesuaikan diri. Menyesuaikan diri bahwa yeahhhh saya bisa bangun siang dan bisa sampai rumah lebih cepat dari biasanya sekaligus.

Bahwa ada orang-orang baru yang harus saya mulai hapal namanya juga wajahnya. 

Ada tugas-tugas baru yang tampak lebih santai tapi membuat saya lebih lelah dari sebelumnya.

Kini jarak bahkan memanjang. Kalau dulu saya sudah merasa "Jakarta banget" dengan kopaja menuju Kebon Sirih. Maka kini, saya harus transit kereta ke Jantung Jakarta yang ternyata lebih semrawut dari biasanya. 

Banyak hal baru di depan sana. Mungkin akan banyak kesedihan, kebahagian, risiko, intrik dan hal-hal baru lainnya. 

Yang baru mungkin tidak lebih baik, tapi bukankah mengambil risiko untuk sekadar tahu lebih baik daripada tidak bergerak sama sekali?

NB: Hari ini jadi sepekan karena kini Sabtu-Minggu saya pasti hari libur ^_^

Kamis, 26 Juni 2014

Saat Tanggal Bertemu Angka

Tahun ini jangan doakan saya panjang umur.

Entah sejak kapan saya tidak ingin berumur panjang tanpa manfaat yang jelas. Hari ini 26 Juni 2014 saya genap 26 tahun dan belum banyak manfaat saya bagi dunia. Jadi apalah guna umur panjang tanpa ada yang bisa saya wariskan.

Tahun ini hingga Juni tahun depan saya hanya berharap lebih berbahagia. Saya berhak berbahagia dan kewajiban saya pula untuk mewujudkannya. 

Pada tanggal ini seperti biasa enam bulan pertama di tahun ini hampir selesai. Tepat usia 26 tahun ini saya memutuskan untuk berpindah. Menerjang Jakarta takakan sama lagi.

Tahun ini saya memilih berbahagia, dengan cara yang saya putuskan sendiri. Meski saya tidak tahu ada apa saja di depan sana.

Kata seorang teman, "Melangkah ke depan."

Di depan sana entah ada apa, namun apa pun itu bukankah tidak ada pilihan lain selain tetap melangkah?

Selamat ulang tahun untuk saya. Terima kasih Tuhan masih terberi hingga hari ini.

Sabtu, 07 Juni 2014

Tentang Juni

Juni selalu jadi bulan yang spesial buat saya. Sering kali saya pun harus menerima kekecewaan di Juni pada tahun-tahun sebelumnya.

Tahun ini pada Juni, angka saya akan sama dengan usia saya. Juni tiga tahun lalu, status mahasiswa saya hilang. Juni 2014 saya mencoba peruntungan untuk kembali jadi mahasiswa.

Juni ini saya memutuskan untuk kembali mengambil risiko. Tahun ini saya memang memutuskan untuk tidak terlalu banyak berpikir. Membiarkan diri jadi impulsif.

Katanya hidup adalah tentang jatuh dan bagaimana bangun lagi. Maka mungkin saya biarkan saja tahun ini kalau harus jatuh saya akan berusaha bangun lebih cepat. Dan mengambil risiko meski harus terjatuh lagi. 

Selalu ada usikkan dalam hidup. Dalam hidup saya, sering kali ia membuat Juni jadi begitu buruk. Kadang saya pikir biarkan saja mengalir seperti yang seharusnya. 

Semoga Juni kalian baik. Smoga semester pertama 2014 hidup kalian baik. Smoga enam bulan ke depan, setahun ke depan dan berpuluh-puluh tahun ke depan kebaikan selalu menyertai kita.

Semoga Juni selalu spesial seperti hidup yang menyajikan hari-hari penuh kejutan.

Senin, 19 Mei 2014

Tentang Dilan dan Cinta yang (Seharusnya) Tidak Membosankan

Mungkin cinta adalah ramalan-ramalan konyol. Seperti yang dibuat oleh Dilan untuk Milea. 

Mungkin cinta harusnya seperti Dilan pada Milea, spesial dan tidak pernah membosankan. Bukan seperti kalimat-kalimat yang diulang Beni di setiap teleponnya. Bukan pula pertanyaan klise Nandan. 

Mungkin cinta adalah pembuktian bukan hanya kata-kata seperti bagaimana Dilan membuat Milea, "selalu senang jika bertemu dengannya dan selalu nyaman jika di dekatnya dan kurindu jika jauh." 

Mungkin cinta harusnya seperti Dilan pada Milea, manis. Pun tiap coklat yang dikirim dari tiap orang yang berbeda. Tanpa kata dan tanpa isyarat. Mengejutkan dan lagi-lagi tidak membosankan. 

Mungkin cinta seperi TTS yang diisi Dilan untuk Milea, sederhana namun penuh usaha dan tidak ingin membebani. Bukan hanya boneka besar yang diberi Nandan, seperti siapa pun bisa memberi jika punya uang.

Mungkin cinta juga seabsurd tukang pijit yang dibawa oleh Dilan untuk Milea agar membuatnya lebih baik.

Mungkin cinta harusnya tulus, tapi tidak diungkapkan. Tidak seperti bagaimana Kang Adi yang mengatakan bahwa ia tulus dan justru membuatnya kelihatan tidak tulus. 

Mungkin cinta sesederhana "mengucapkan selamat tidur dari jauh. Kamu ga akan denger."

Mungkin cinta semanis "tidak membiarkan rindu hadir pada pasanganmu, karena hal itu berat dan mungkin tidak mampu ditanggung."

Mungkin cinta seindah ucapan terima kasih pada ibu pasanganmu sebagai tanda syukur.

Mungkin cinta semanis hubungan mulus Dilan dan Milea. Yang mungkin bisa terjadi karena mereka fiksi yang sungguh menyenangkan. Yang mengajak senyum karena sederhana dan tulus. 

Mungkin Dilan dan Milea selalu bisa mengajak ingatan pada manisnya cinta pertama. 

Rabu, 14 Mei 2014

Saatnya Mengeluh

Ya saya akan mengeluh.

Saya akan mengeluh bahwa saya lelah dengan hari-hari ini.

Lelah bahwa tidak ada yang lebih penting dari siapa cawapres Jokowi dan Prabowo. Saya lelah menyadari bahwa hidup saya berkutat pada hal-hal yang itu lagi. Saya bahkan hampir lupa, berita yang saya baca tadi sumbernya dari media mana?

Saya capek bagaimana tiap opini harus diseragamkan. Saya lelah bahwa kini segala hujatan dan berita buruk tidak lagi bisa dicegah.

Kelak kita mungkin akan lebih menerima dengan mudah saat berita buruk yang kita dengar. Kelak "ah masa sih?" Mungkin adalah tentang berita bahagia yang amat jarang kita dengar.

Kelak saya mungkin taklagi mampu mengeluh. Kelak mungkin awan yang menggumpal taklagi memikat manusia.

Minggu, 13 April 2014

3.

Kita mungkin memang terlalu takut menghadapi hidup. Atau setidaknya aku mungkin sudah kaku menghadapi kenyataan.

Di sana aku bisa mendengar suara ibuku mengatakan begitu banyak hal yang hanya bisa kuamini. Di sini aku berdiam sambil berpikir ulang atas tiap rangkai katanya.

Ikhlas mungkin selalu menjadi pembelajaran yang takkunjung usai. Seperti tiap kata rindu yang tidak mampu tergenapi.

Malam kian larut dan gelap kian pekat. Meski begitu, siapa yang peduli pada hari saat segala yang kamu dengar masih sama ributnya.

Lalu tiap rangkai katamu berputar: "Dan di situ, kau buat aku terus terjaga. Sedang aku terus ingin kau terjaga."

Jumat, 11 April 2014

2.

kamu justru tidak memilih ketika waktu membuatmu punya waktu di antara pilihan. kamu merengek mencari pilihan dan kamu justru lari saat ia datang. apalagi yang kamu cari?

kamu main petak-umpet. bersembunyi di balik lemari. lari-lari untuk tidak ditemukan. lalu aku pergi. berhenti mencarimu dan kamu malah berada dalam kegelapan yang tidak pernah kamu sukai.

kita pernah sama belajar saling menyayangi. kamu selalu bilang bahwa kamu suka diajari menyayangiku perlahan. sayangnya, kamu pula yang berteriak bahwa "melupakanmu ternyata jauh lebih pelan dari belajar menyayangimu."

manusia selalu takut menghadapi kenyataan. aku tahu kamu mampu bangun. katanya ini hanya masalah waktu dan seperti yang selalu kamu dengar, hidup adalah penantian yang tidak pernah usai.

Rabu, 02 April 2014

Musik Asyik Tanpa Suara Ciamik dalam Album Morning Sugar Ayushita



Bagi kalian yang akan membacanya judulnya pasti mikir ini ilmiah banget, ya ga? Padahal saya cuma akan cerita kesan saya setelah mendengar album "Morning Sugar" milik Ayushita.

Iya, Ayushita yang itu, yang sebelumnya gabung di BBB alias Bukan Bintang Biasa. 
Iya Ayushita yang itu, yang main FTV buatan Miles "Berkisar Merah" tapi gagal tomboy di "Me VS High Heels.

April 2013 dia mengeluarkan album barunya bertajuk "Morning Sugar" yang di dalamnya terdapat delapan lagu. Lalu bagiamana hasilnya? 

Saya awam soal musik, tapi musik seperti juga seni yang lain itu berawal dari subjektif dan bagi saya musik dalam album ini sungguh enak didengar. Sayangnya, bagi saya suara Ayushita biasa aja, bahkan untuk sesuatu yang sudah keluar dari dapur rekaman. 

Sungguh ini tidak buruk namun kurang syahdu, meski menyenangkan dan menenangkan. Suara Ayu bagi saya berasa tanpa tenaga dan datar. Tidak ada lonjakan suara dan kesan yang berarti dalam tiap lagunya. 

Pada lagu "Salah", Ayushita membuat rasa baru dalam "Salah" milik Potret. Sama menyenangkannya, seperti keceriaan yang bisa kita rasakan kala Melly Goeslow menyanyikannya, tapi yasudah selesai sampai di situ.

Sedangkan "Pada Tonight is Mine" musik yang enak itu malah seperti ada seseorang yang bergumam, artikulasi ga jelas (atau bahasa Inggris saya aja yang jelek?).

 Tapi yang paling bikin saya sakit hati adalah lagu "Di Dalam Rasa", lagu ini buatan Anda Perdana dan saya sungguh suka Anda. Lagu dengan lirik sekeren itu dinyanyikan dengan cara yang ah sudahlah, saya malah jadi keinget Sarita Fraya, kayaknya kalau dia yang nyanyikan lagu itu akan lebih hidup. 

Selain itu, ada Ayushita berduet dengan Anda Perdana dalam "Cerah Nanti", sungguh enak didengar berdua saat sore mendung tapi, suara Anda dan Ayu seperti tidak teraduk dengan baik yang membuat hati kita benar-benar menunggu cerah nanti sesegera mungkin.

Maaf atas kesotoyan saya,berikut daftar musisi bergabung dalam album ini yang akan membuat kalian tercengang. 

Album "Morning Sugar" didukung sederet pemusik belia berbakat seperti Ricky Surya Virgana (bass, gitar, glockenspliel, cello, electric piano), Ramondo Gascaro (keyboard, gitar, vibraphone, suara latar), John Navid (drums), Riza Arshad (akordeon), Indra Dauna (trumpet), Doni Yusran (keyboard, pianica), Saleh Husein (gitar), Harry Winanto (flute), Adink Permana (gitar elektrik), Aprimela Prawidyanti (Viola), Belanegara Abimanyu (perkusi), Tony Hade (trombone), Denny Yurika (violin), Panjita Krisna (violin) serta Karina dan Rebecca Theodora (suara latar).

1. Sehabis Hujan (Ramondo Gascaro)
2. Morning Sugar (Ricky Surya Virgana / Jim Powers)
3. Fufu-Fafa (Ricky Surya Virgana / Aprillia Apsari)
4. Cerah Nanti (Ricky Surya Virgana / Bin Harlan)
5. Salah (Mely Goeslaw)
6. tonight Is Mine (Ricky Surya Virginia / Jim Powers)
7. Didalam Rasa (Anda Perdana)

Bagi yang penasaran silakan Googling dan cari beberapa review lain yang lebih mumpuni. Meski begitu, saya merekomendasikan bagi kalian yang bosan mendengar musik lala yeye di tipi untuk mendengar musik-musik menyenangkan dalam lagu ini. 

Selamat berwisata telinga. 

Jumat, 28 Maret 2014

Kecewa Itu Sederhana

Bahagia itu sederhana pasti sudah sering didengar. Ia jadi kalimat wajib untuk penghiburan selain juga kenyataannya memang sering kali begitu.

Namun, ternyata kecewa pun sama sederhananya. Seperti ketinggalan kereta yang ternyata kereta selanjutnya baru ada sejam kemudian. Seperti kekasih yang telat datang saat kamu merasa sudah dandan begitu cantik.

Sayangnya, kecewa yang sederhana pasti ga ingin orang untuk pertahankan seperti bahagia yang sederhana dan di situlah seninya. Ga semua orang bisa jadi Mario Teguh yang super. Akan tetapi, semua oranh pasti punya cara mengatasi kekecewaan.

Kecewa bukan seperti kebahagiaan yang dishare di jejaring sosial mana pun. Jadi ga usahlah kecewa saat kamu ga punya pacar, mungkin kamu aja yang lebay yang malah bikin laki-laki malah males lirik kamu.

Kamu mungkin bakal kecewa saat hidupmu ga semenarik hidup artis yanh kamu follow di instagram. Tapi masa iya sih hidupnya doi gitu terus? Dia cuma ga ngeshare saat doi kecewa dan mungkin hal itu lebih cocok untuk kamu "follow".

Mungkin kita cuma harus adil bahkan sejak dalam pikiran seperti kata Pram. Mungkin kamu hanya butuh lebih banyak mendengar daripada berbicara. Mungkin kamu harus lebih banyak baca daripada melototin hapemu.
Mungkin kamu harus lebih menikmati kekecewaan kamu, seperti kamu menikmati kebahagiaanmu.

"Bukan ingat bagaimana cara kamu jatuh, tapi bagaimana kamu bangkit lagi."

Kamu boleh kecewa karena kereta penuh, kamu boleh kecewa karena kerjaan impianmu tidak kamu gapai. Kamu sangat boleh kecewa karena pacarmu tidak setampan Reza Rahadian.

Tapi, ternyata di dalam kereta kamu bertemu dengan ibu-ibu yang masih tertawa bersamamu saat kereta penuh bahkan penuh banget. Ternyata kerjaan impianmu akan membuat lupa diri dan mungkin lupa pada Tuhanmu. Iya, Reza Rahadian emang ganteng banget tapi dia ga suka cewek jadi kamu ga akan pernah iri sama perempuan lain yang mungkin akan menggandeng dia.

Kecewa itu sederhana, sesederhana senja yang batal karena hujan, tapi kamu tahu mungkin besok hari cerah dan kasih kamu jingga tanpa cela.

Selasa, 14 Januari 2014

1.

Di matamu memancarkan luka,
entah siapa yang menggoreskan.

Pada matamu ada bara api,
seperti terik yang kau terjang di tengah hari.

Apakah pundakmu masih menampung dunia? Yang beratnya menggunung bersama hari.

Masihkah kau tahan dengan segala desak? Meski, takada keluh dari mulut,
serta tangis pada matamu.

Kau belum mau goyah pun tergoyahkan.

Maukah Kamu Berjanji?

Katamu, kamu lupa bagaimana cara merangkai kata-kata indah. Smoga kamu tidak lupa bagaimana mengakhiri kisah ini dengan indah.

Langit sudah begitu pekat. Beberapa waktu ini kamu jadi begitu takut dengan malam. Kamu tidak lagi menikmati bintang apalagi bulan, meski kadang kamu ingin melihat bulan yang jadi dua, seperti yang dilihat Aomame juga Tengo.

Berapa malam ini kamu membenamkan diri dengan buku, dengan lagu, dengan film. Kamu berharap lebih cepat terpejam, nyatanya, kamu mungkin mampu melihat langit berubah warna.

Ternyata kalian hanya dua orang yang ingin melupakan rasa sakit. Ternyata kalian hanya dua orang yang ingin belajar mencintai orang lain. Ternyata kalian bukan Tengo dan Aomame yang ditakdirkan bersama.

***

Kalian bertemu di warung kopi, yang mbaknya harus kaget mendengar pesanan dua single espresso untuk seorang perempuan. Kamu memang perempuan, yang suka sekali meminum kepahitan, yang smoga meluruhkan pahit pada hidupmu.

Ini warung kopi tempat kalian pertama berjumpa, sebagai lelaki ternyata kamu justru menyeruput cokelat panas, jauh berbeda dari perempuan yang justru memesan dua single espresso sekaligus. Kamu butuh kehangatan yang menyeruak hingga ke dalam hatimu.

Di matanya kamu menemukan kesedihan yang serupa dengan matamu. Kamu mulai menerka, kamu ingin mengajaknya duduk bersama, sekadar berbagi keluh yang mungkin hanya mampu diungkapkan dengan air mata.

***

Kamu mendekatinya pertama kali bukan karena kamu seorang lelaki yang merasa "gentleman" kamu hanya tahu kamu harus berbincang dengannya. Kamu tahu sudah waktunya kamu belajar "memulai".

Kamu lihat dua cangkir single espresso di meja dan kekejutan pada wajahnya. Namun kamu tahu bahwa kamu tidak bisa mundur lagi walau tidak ada kata yang siap kamu ungkapkan.

Tiba-tiba ia mendekatimu. Ia memiliki mata yang hangat dan entah mengapa di matanya kamu melihat matamu yang belum reda bengkaknya. Karena tangis semalam.

Kalian sudah berhadapan. Ternyata kalian dua orang yang sama patah hati. Di dalam hati kalian sama berbisik "pantas saja mata kita sama." Tanpa ada prolog yang pasti kalian saling mengisi. Tidak ada komitmen hanya kalian tahu selama mata itu masih sama redup, mungkin "kita" akan terus ada.

Sejak itu kamu tidak lagi menyeruput cokelat panas, kamu memesannya tapi takpernah tersentuh. Cokelat panas jadi gelas keempat, di antara tiga kelas kopi. Ia jadi orang ketiga di antara dua orang.

***
Mungkin kalian hanya merasa perlu untuk bercakap-cakap. Sama-sama menunggu senja. Kenyataan bahwa kalian punya banyak kesamaan sebenarnya tidak pernah benar-benar pedulikan. Kalian sama-sama jatuh cinta pada kata-kata indah. Kalian sama-sama tenang dengan aroma kopi. Kalian sama paradoksnya, berada dikeramaian dan tetap kesepian.

Kamu tahu bahwa kamu enggan mengajaknya bertemu kembali, apalagi saat matanya begitu bengkak. Kamu bilang kamu merasa dipersalahkan dengan pandangan sekeliling, berada bersama perempuan dengan mata bengkak dan jejak air mata.

Tidak pernah ada kata, "sampai ketemu lagi." Tahu-tahu dia selalu ada di meja yang sama, meja favoritmu. Meja pertama saat ia menghampirimu. Kadang ia terlihat begitu kikuk saat kami bersama. Entah apa yang membuatnya, maksudku, membuat kami tetap duduk bersama meneguk kopi.

***
Dia lelaki yang baik, kamu tahu dia tidak pernah berkata yang menyakitinya meski banyak pandangan mempersalahkannya. Kadang, ia tidak berkata apa-apa tapi memesankan cokelat panas selain espresso yang belum henti kamu minum. Kamu tahu dari diamnya dia memberi perhatian yang bisa ia berikan.

Dia mungkin lebih tersiksa, tidak pernah mampu bermata bengkak karena air mata harus ia tahan. Kadang kami ingin memeluknya, tapi kami juga tahu entah setelah seruput kopi yang mana jadi hari terakhir memesan kopi bersama.

***
"Maukah kamu berjanji, di pertemuan kita yang terakhir, saat itu kamu akan bercerita hingga takada air mata yang tertahan di pelupuk matamu. Maukah kamu berjanji, di pertemuan terakhir kamu berhenti memesan cokelat panas yang tidak pernah kuminum. Maukah kamu berjanji, di pertemuan kita yang terakhir kita akan tertawa dan berbahagia. Maukah kamu berjani? Karena aku pun sedang berjanji pada diriku."

Khayalan Seru Lagi Bersama Sitta Karina


Ini piknik!

Bagi saya membaca, khususnya fiksi adalah sebuah piknik luar biasa dari rutinitas dan sekali-kali membaca yang "menye-menye" itu sungguh menyenangkan.

Entah tahun berapa saya mulai membaca Sitta Karina (SK), mereka yang lebih dulu kenalan dengan SK mungkin memulainya dengan cerpen-cerpen di majalah remaja yang hingga kini masih bertahan. Saya? saya memulainya dengan novel yang tebal dan betapa salut dengan napas panjangnya dengan novel yang tebal-tebal itu tanpa membuat bosan.

SK menggambarkan tokoh, melabeli tokohnya dengan sangat detail. Liat bagaimana keluarga Hanafiah tidak habis-habis dan bagaimana ia mampu membuat nama-nama yang begitu indah, bagi saya untuk bacaan yang diperuntukan bagi anak SMA ini sungguh menarik.

Ya memang kisahnya tidak jauh dari percintaan dan akhir yang bahagia, bukankah banyak orang lebih suka dengan akhir yang bahagia? Bukankah tiap impian remaja adalah bertemu pangeran tampan yang akan bersamanya kelak?

Saya selalu suka Sitta Karina dan beruntung dibesarkan di era TeenLit dan CheekLit lalu pada akhirnya terjerembab di sana. Ada era di mana saya sama sekali tidak membaca buku-buku macam ini, baru dua tahun terakhir saya kembali membutuhkan liburan dari bacaan yang lebih berat. Dan menemukan buku baru SK sungguh sebuah angin segar.

Dunia Mara

Awalnya saya kira kisah ini pun akan menceritakan bagaimana seorang Hanafiah menemukan cinta, tetapi ternyata kisah ini adalah tentang Mara. Keluarga Hanafiah ini, keluarga rekaan yang dibuat oleh SK. Beberapa novel SK, sebagian besar mengisahkan mereka bahkan beberapa cerpen pun tentang keluarga tersebut. Tipikal keluarga tajir yang ada di Jakarta yang bagi saya terlalu khayalan, tetapi bukankah seperti juga sinetron, kisah keluarga kaya-raya menjadi khalayan menyenangkan di tengah macetnya Jakarta?

Mara dikisahkan sebagai keluarga jauh dari Hanafiah dan juga dijatuhi cinta yang tidak disadari oleh Reno Hanafiah.

Seperti penulis perempuan pada umumnya yang lebih pandai merangkai perasaan, bagi saya SK pun berhasil menciptakan karakter Mara yang jago bela diri dan apa adanya meski berasal dari keluarga kaya. Bagi saya penokohan tidak ada masalah, selain itu saya selalu suka nama-nama yang dibuat oleh SK meski kadang terlalu kebarat-baratan.

Masalahnya bagi saya adalah alur dan jembatan antarbab.

Di bab-bab awal saya kesulitan untuk mengikuti kalimat-kalimat yang dibuat. Cerita yang lompat-lompat.
Misalnya adalah saat saya kesulitan membedakan mimpi dan kenyataan yang dialami Mara, tidak ada keterangan waktu yang jelas dan diputus di akhir bab untuk membuat penasaran pembaca yang terlalu berlenbihan.

Khususnya pada novel "Dunia Mara" saya kira SK terlalu banyak membuat penasaran para pembaca dan hingga akhir tidak diberi jawaban. Meski begitu bukankah akhir yang bahagia selalu jadi obat dari segala obat untuk bacaan yang dijadikan piknik?

Kisah misteri dan tembak-tembakan pun ada di novel ini. Saya kira SK patut diberi acungan jempol untuk khayalannya tentang mafioso dan bagaimana keluarga kaya Indonesia bisa masuk ke dalamnya. Bagaimana ia memasukan legenda dan tetap konsisten di dalamnya. Serta kenyataan bahwa di novel ini pun tentang kekuatan super, dari masuk ke mimpi, telepati hingga kekuatan yang mampu menurunkan hujan.

Cukuplah untuk mereka yang lupa tentang bagaimana rasanya jatuh cinta dan terjebak di rutinitas.

Selamat membaca kawan smoga kalian masih menyempatkan diri.