Takterasa sudah tiga tahun menerjang Jakarta. Sudah kembali ke 1 November. Siapa sangka akan jatuh hati pada sesuatu yang sering kali dicaci.
Masuk tahun keempat segala mungkin takakan pernah sama lagi. Tempat yang baru. Wajah-wajah baru. Kini macet adalah teman akrab yang harus disiasati tiap waktu.
Umpatan, kini kita karib. Akan tetapi, lebih menarik dibandingkan tertahan di dalam hati. Ini tentu saja sebuah pembelaan, bukankah selalu ada pembelaan untuk sgala hal?
Memasuki tahun keempat, masih akan selalu ada yang dicari. Iya, dunia fana. Aku akan mencari jalan yang mudah untuk menjalaninya. Mencari jalan keluar tercepat dari benang kusut.
Langkah kini mungkin lebih banyak. Sepatumu mungkin lebih cepat tipis. Harapan negara ini bahkan telah berganti pada orang lain. Dan aku masih terus mencari.
Iya biarkan saja pada tiap kelok itu ada harapan yang aku tebak isinya. Biarkan apa yang ada di sana aku terka. Hingga aku mungkin taklagi mencari.
Biarkan aku seolah taktahu apa itu rasa syukur karena selalu gundah. Meski itulah caraku beryukur dan Kamu tahu itu.