Kamis, 29 September 2011

ENTROK



Serpong, 28 September 2011
Untuk mereka yang percaya dan mau menggapainya tanpa lelah.

“Di dunia ini, aku hanya takut mendapat karma. Merebut  milik orang lain, lalu suatu saat punyaku sendiri yang diambil” (Entrok, 2010: 203)


Harapan selalu membuat orang memiliki semangat untuk hidup bahkan meski itu harapan terkecil.
Entrok diawali dengan narasi Rahayu dengan judul Setelah Kematian. Bab awal ini berkisah saat ini ketika Rahayu sudah terbebas dari sebuah kesalahan yang tidak dilakukannya dan keinginan untuk membahagiakan ibunya sebab hal itu belum sempat dilakukan Rahayu. Kesalahan Rahayu belum terjelaskan tetapi kala itu adakah yang lebih buruk daripada dikatakan sebagai seorang PKI.
            Entrok, saat ini mungkin ini barang yang amat wajar dikenakan oleh setiap perempuan. Akan tetapi, tidak bagi Marni yang mulai tumbuh di tahun 50-an dan entrok hanyalah mimpi indah kala tidur. Ketika perempuan di desanya hanya mampu menjadi tukang kupas singkong yang diupah dengan singkong. Marni menjadi perempuan yang memiliki harapan dari sebuah entrok ia mulai memiliki segalanya. Padahal, mimpi tidak ditanamkan kala itu untuk seorang miskin apalagi perempuan.
            Rahayu jadi perempuan pintar dan memiliki segala fasilitas dari ibunya yang pekerja keras juga penuh harapan. Rahayu jadi perempuan yang mulai mempertanyakan, ketika ibunya yang pekerja keras dipergunjingkan memelihara tuyul dan menjadi lintah darat dan menyembah dewanya sendiri. Rayahu, anak sekolah dan mulai mengenal agama. Mengenal Tuhan dengan acara Islam,menolak ibu yang dianggap kafir. Rahayu mengenal kemajuan sayangnya Rahayu menolak ibunya menolak kepercayaan ibunya. Apakah itu yang didapat dari agama yang dipelajarinya?
            Marni, dari sebuah entrok dimilikinya suami yang tidak perlu lagi menjadi seorang kuli seperti lelaki lain dalam keluarganya. Dimilikinya rumah besar dan juga tanah luas. Sayangnya, Marni tidak memiliki seseorang yang mampu membelanya secara tulus. Anaknya mulai menjauhi karena ia tidak menyembah Tuhan yang sama dengan anaknya. Akan tetapi, salahkah Marni ketika ia hanya mau menyembah Tuhan yang selama ini ia sembah sebab ia merasa mengenal Tuhannya itu? Ia menyembah Ibu Bumi Bapak Kuasa sesuatu yang ia percayai seperti juga harapan dan mimpinya yang besar, sesuatu ini membuatnya terus hidup.
            Rahayu, kau tinggalkan ibumu. Kau nikahi lelaki suami orang lain. Kau bercumbu dengan seseorang yang bukan suamimu dan seumur dengan ayahmu. Kau diperkosa, takada yang menolongmu selain ibumu yang menunggu direngkuh tanpa kata maaf.
            Marni, belum kenal apa itu kesetaraan. Tidak ia tahu apa itu feminisme. Akan tetapi, ia berjuang demi mimpi, demi harapan, demi keluarga, demi hidup yang harus diperjuangkan sendiri olehnya. Kau jemput anakmu dari dalam penjara meski kau kehilangan sehektar tanah dan mobilmu. Kau hanya ingin anakmu pulang. Kau carikan ia pasangan hidup dan menutupi segala kelakuannya dan kau pun tumbang karena itu. Karena usaha kerasmu diluluh lantakkan oleh sebuah label yang takpernah dilakukan, olehmu juga anakmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar