Senin, 16 Juli 2012

Dialog Dini Hari di Telinga Saya


Hampir satu bulan ini playlist saya belum berubah dan trio folk ini masih berada di urutan teratas dan terus berputar dari hari ke hari.

 Jangan tanya bagaimana saya berusaha mencari tau mereka. Saya seperti seseorang yang kejatuhan cinta, mencari tahu hingga celah yang terkecil.

Puncaknya saya bisa saksikan sendiri mereka. Suara Dadang persis dengan yang saya dengar di youtube dan ketampanan Brozio Orah makin bikin meleleh yang bahkan membuat saya ga berani sekadar untuk foto bareng.

Sesudahnya, jangan tanya seberapa ingin saya segera bercerita.
Sayangnya si pengendapan terlalu lama berlangsung. Saya masih mendengarkan tanpa menuliskannya barang sekata.

Bagi saya beberapa review terdengar begitu hiperbolis. Bahwa ini adalah pencapaian puncak yang ada di luar nalar.

Bagi saya album lengkung langit lebih sebagai pendewasaan diri. Seperti setiap anak yang beranjak dewasa maka seperti itu juga lengkung langit.

Di album pertama mereka masih mencari. Ada “Pagi”, “Aku dimana”, dan “Renovasi Otak” adalah bentuk pengenalan mereka dengan lirik yang berbeda, jujur namun asyik yang semua orang pasti punya pagi yang begitu riang dan tidak ingin kehilangan.

Lirik-lirik di album pertama menggambarkan bagaimana pikiran-pikiran baru dan ide-ide segar yang siap dimuntahkan.

Di album kedua mereka bertemu kegalauan, mungkin sang remaja tengah jatuh cinta. “Manuskrip Telaga”, “Senandung Rindu “, dan Lirih Penyair Murung mewakilinya dengan subtil.  Galau dan manis juga puitis.

Betapa menunggu begitu mudah hanya dengan selalu membuka pintu kala pulang serta cinta yang ingin selalu menyejukan sebagai telaga.

Bukankah begitu manis dan puitis namun tidak murahan?

Serta lihat bagaimana mereka melihat perbedaan dengan “Aku Adalah Kamu”. DDH tidak menampik perbedaan tapi juga tidak melulu memperlihatkan. Namun, justru mengajak untuk melihat yang sama dari yang beda itu.

Bahwa ketika langit dan bulan yang kita lihat sama untuk sama, mengapa pula berdebat tentang perbedaan. Begitu penuh makna tapi tanpa keribetan.
Maka Lengkung Langit, si remaja mulai menemu jalan. Ia taklagi galau,pencapaiannya lebih dari itu. Ada pagi yang ceria. Pagi menemukannya dengan kirana.
Hati senang sedih sirna

Ada “Rehat Sekejap” setelah “Renovasi Otak” dan akhir “Save of The People”. Jadilah tiga album ini bagi saya jadi rangkaian kisah pendewasaan. Pasti pencapaian, namun masih diterima nalar manusia.

"Kalau biasanya liat Jimi Hendrix,sekarang ada dialog dini hari di vinyl," kata Dadang.

Bisa terbayangkan apa yang terjadi? Ketika kontemplasi telah terlewati, maka sisanya adalah kematangan.

Dadang berulang kali mengungkapkan album keempat. Ia mengingatkan bahwa ada si gimbal dari Bali.

Kita tunggu saja ada kejutan apalagi dari mereka. Pencapaian apalagi sedudah vinyl?

Salam beribu cinta.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar