Selasa, 11 Desember 2012

Ke Arah “Pulang”



pu·lang v pergi ke rumah atau ke tempat asalnya; kembali (ke); balik (ke):  (http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php )
            Seusai Nadira saya rasa banyak yang mengharapkan Leila S. Chudori lagi dengan karya-karyanya, bukan sekadar resensi mingguan di Majalah Tempo. Perkenalan kami dimulai saat saya membaca 9 dari Nadira. Saya bahkan membaca 9 dari Nadira lebih dulu daripada Malam Terakhir karena jatuh cinta dengan gayanya bertutur dan karena kecenderungan saya dengan penulis-penulis perempuan. 
            Pulang, karya Leila S. Chudori terbaru. Pulang, mengisahkan Dimas Suryo dan anaknya, Lintang Utara Suryo dengan rentang waktu 1968-1998. Dari rentang waktunya saja kita akan tahu betapa banyak peristiwa sejarah penting yang terjadi di Indonesia dan dari kecamuk itu pulalah terjadi banyak konflik dalam novel ini.
Leila membagi novel ini jadi tiga bagian, Dimas Suryo, Lintang Utara, dan Segara Alam. Dalam ketiga bagian itu terbagi lagi menjadi judul-judul yang lebih spesifik. Sudut pandang “Aku” (sudut pandang pertama) yang berubah-ubah, bergantung siapa saat itu yang sedang bertutur, baik laki-laki perempuan, dengan sudut pandang seorang ayah, juga seorang anak.
Sudut pandang “Aku” Dimas Suryo, seorang tahanan politik (tapol) yang tidak bisa kembali ke Indonesia dan anak perempuannya Lintang Utara Suryo yang mencari Ke-I.N.D.O.N.E.S.I.A.-an yang hanya ia dengar dari cerita secara sporadik dari sahabat ayahnya sesama tapol.
            Jika pada Nadira kita akan membaca cuplikan buku harian, pada Pulang kita akan disuguhkan surat-menyurat. Jangan salah paham jika saya membandingkan, bagi saya ada kecenderungan tertentu mengapa Leila menulis dengan cara seperti itu dan akhinya membandingkan ini menjadi hal wajar kala ia mengulang formula seperti itu.
Jika bagi Dimas, “pulang” itu sudah jelas makan Lintanglah yang masih mencari di mana pulang baginya.
            Secara pengaluran, novel ini pun punya banyak lompatan, baik dari surat-menyurat, maupun ingatan tokoh para tokoh. Membaca Pulang juga membaca nasionalisme, membaca sejarah yang dibungkam, menelusuri Prancis, dan terseret-seret dengan begitu banyak nama sastrawan besar. Namun begitu, dengan banyak tokoh Leila masih menyediakan tokoh dengan mendalam, dengan detail. Maka, bersiaplah saat penyiksaan yang dialami Surti dan Kenanga selama mereka harus diinterogasi oleh para interogator yang bikin hati mencelos. Leila juga mahir membuat perasaan sendirian jadi begitu gelap, saya mendapatinya pada diri Dimas, persis seperti yang juga Nadira alami.
            Maka selamat membaca, untuk mereka yang menyukai bacaan yang memiliki nilai bukan sekadar tutup, saya rasa Pulang sangat cocok untuk dibaca. Atau jika kalian ingin membaca yang punya romansa, jangan khawatir, di tengah kekacauan Leila masih menyediakan tempat untuk rasa yang membuncah. 

Makasih Onyon



Lantai 16, 111212

2 komentar:

  1. Mohon izin untuk menyebarluaskan review ini di Facebook Pages Leila S. Chudori.

    Amang Suramang
    Publisis "Pulang"

    BalasHapus