pu·lang v pergi ke rumah atau ke
tempat asalnya; kembali (ke); balik (ke):
(http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php )
Seusai Nadira saya rasa banyak yang
mengharapkan Leila S. Chudori lagi dengan karya-karyanya, bukan sekadar resensi
mingguan di Majalah Tempo. Perkenalan kami dimulai saat saya membaca 9 dari Nadira. Saya bahkan membaca 9 dari Nadira lebih dulu daripada Malam Terakhir karena jatuh cinta dengan
gayanya bertutur dan karena kecenderungan saya dengan penulis-penulis
perempuan.
Pulang, karya Leila S.
Chudori terbaru. Pulang, mengisahkan Dimas Suryo dan anaknya, Lintang
Utara Suryo dengan rentang waktu 1968-1998. Dari rentang waktunya saja kita
akan tahu betapa banyak peristiwa sejarah penting yang terjadi di Indonesia dan
dari kecamuk itu pulalah terjadi banyak konflik dalam novel ini.
Leila membagi novel ini jadi tiga bagian, Dimas Suryo,
Lintang Utara, dan Segara Alam. Dalam ketiga bagian itu terbagi lagi menjadi
judul-judul yang lebih spesifik. Sudut pandang “Aku” (sudut pandang pertama)
yang berubah-ubah, bergantung siapa saat itu yang sedang bertutur, baik
laki-laki perempuan, dengan sudut pandang seorang ayah, juga seorang anak.
Sudut pandang “Aku” Dimas Suryo, seorang tahanan
politik (tapol) yang tidak bisa kembali ke Indonesia dan anak perempuannya
Lintang Utara Suryo yang mencari Ke-I.N.D.O.N.E.S.I.A.-an yang hanya ia dengar
dari cerita secara sporadik dari sahabat ayahnya sesama tapol.
Jika pada Nadira kita akan
membaca cuplikan buku harian, pada Pulang kita akan disuguhkan surat-menyurat.
Jangan salah paham jika saya membandingkan, bagi saya ada kecenderungan
tertentu mengapa Leila menulis dengan cara seperti itu dan akhinya
membandingkan ini menjadi hal wajar kala ia mengulang formula seperti itu.
Jika bagi Dimas, “pulang” itu sudah jelas makan
Lintanglah yang masih mencari di mana pulang baginya.
Secara pengaluran, novel ini pun
punya banyak lompatan, baik dari surat-menyurat, maupun ingatan tokoh para
tokoh. Membaca Pulang juga membaca
nasionalisme, membaca sejarah yang dibungkam, menelusuri Prancis, dan
terseret-seret dengan begitu banyak nama sastrawan besar. Namun begitu, dengan
banyak tokoh Leila masih menyediakan tokoh dengan mendalam, dengan detail.
Maka, bersiaplah saat penyiksaan yang dialami Surti dan Kenanga selama mereka
harus diinterogasi oleh para interogator yang bikin hati mencelos. Leila juga
mahir membuat perasaan sendirian jadi begitu gelap, saya mendapatinya pada diri
Dimas, persis seperti yang juga Nadira alami.
Maka selamat membaca, untuk mereka
yang menyukai bacaan yang memiliki nilai bukan sekadar tutup, saya rasa Pulang
sangat cocok untuk dibaca. Atau jika kalian ingin membaca yang punya romansa,
jangan khawatir, di tengah kekacauan Leila masih menyediakan tempat untuk rasa
yang membuncah.
Makasih Onyon |
Lantai 16, 111212
Mohon izin untuk menyebarluaskan review ini di Facebook Pages Leila S. Chudori.
BalasHapusAmang Suramang
Publisis "Pulang"
ya silakan mas.
Hapus