Selasa, 28 Mei 2013

Hari yang Biasa

Jadi semalam hasrat menulis sangatlah besar. Saya turuti. Ternyata eksekusi takpernah benar jadi mudah. Lalu, membaca tulisan lama dan tersadarlah saya bahwa menulis mungkin memang harus kembali saya lakukan saat saya membaca tulisan saya tentang rutinitas kala itu. Saat ini, saat saya kembali terjerembab ke dalam rutinitas, membacanya dan merasa bahwa hal tersebut masih sangat relevan dengan saya yang sekarang. Kira-kira beginilah isinya: 

---

Hari itu tidak ada air mengalir dari matanya yang bulat, besar, dan coklat. Pada hari itu, yang keluar dari matanya adalah darah yang entah bagaimana caranya mengalir deras dari matanya. Tidak ada tetes mata atau obat yang mampu mengobatinya. Tidak ada, yang dibutuhkannya selain sebuah senyum. Seulas senyum yang membuatnya kembali hidup. Hanya itu. 

***

Malam itu langit masih sama dengan malam lainnya. Membuka pintu dengan lebar, meski ketika memejam mata ternyata dengung nyamuklah yang akan menemani. Malam itu, masih ia biarkan segalanya sama dengan malam lainnya. Tanpa sebuah gundah. Tanpa rasa tidak enak hati. Atau rasa mual karena maag dan telat makan. Tidak ada yang spesial malam itu. Sama dengan malam lainnya, dengan rutinitas yang itu-itu saja.

Paginya tidak ia ingat adakah sebuah mimpi yang mengganggu atau apapun yang membuatnya mual karena perih yang tiba-tiba datang. Ternyata itu pun tidak ada. Tidak ada firasat apapun. Maka, hari ini masih akan menjadi hari yang sama saja. Hari yang itu juga.

Menggelinjang di kasur. Menyisir rambut dan memunguti yang rontok, serta menyapu debu. Merebus mie goreng, menumpahkan terlalu banyak sambal botol. Ah, semua memang rutinitas, seperti biasa saja. Menunggu angkutan umum. Kepanasan dalam angkot. Menyebrang jalan dengan susah payah. Tukang koran yang sama setiap harinya. Hari ini memang hari yang biasa.

Mengapa begitu menginginkan sesuatu yang istimewa? Mengapa ya, mengapa jadi orang yang tidak tahu diuntung? Mengapa manusia begitu tidak puas padahal Sang Pencipta memberi kesempurnaan hanya pada manusia. Apalagi ini, tiba-tiba jadi sufi yang memikirkan yang macam-macam. Hari ini pun tetap jadi hari yang biasa.

Catatan lama
Jatinangor, 11 Mei 2010
Tanpa satu pun yang diubah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar