Kamis, 24 November 2011

23 November 2011

Ini kisah kebahagian dalam ketidaksempurnaan.

Mungkin kalian pernah melihatnya di stasiun Tanah Abang. Mereka keluarga yang kurang beruntung, tidak benar-benar mampu melihat indahnya dunia.

Kemarin hari yang biasa, seperti biasa saya pulang dan pergi menumpang kereta. Jadi tidak biasa ketika seorang lelaki dengan kekurangnnya yang biasa saya lihat menjual kemplang ternyata membawa keluarganya untuk mengamen pada hari itu.

Mereka keluarga yang lengkap, atau setidaknya sesuai dengan program KB. Suami-istri dengan sepasang anak.Saya masih melihat bagaimana anak perempuan kecil itu membawa ibunya duduk sambil menunggu kereta datang.

saya juga masih melihat bagaimana ia mengarahkan tongkat ayahnya agar sang ayah bisa berjalan lurus. Saya bahkan masih bisa melihat ketika sang ayah mencium sayang anak lelaki dalam gendongannya.

Suami-istri ini sama-sama memiliki keterbatasan. Anak mereka yang pertama seorang perempuan mungkin lebih beruntung. Ia menggunakan kaca mata yang begitu tebal namun nampaknya cukup untuk melihat indahnya dunia.

Lalu seorang anak lelaki dalam gendongan. Mungkin dia bahkan belum sampai tiga tahun, ia harus turut dalam padatnya kereta ekonomi bersama ibunya yang menyanyi sepanjang perjalanan kereta api demi sesuap nasi. Bersama ayahnya yang membawa bekas bungkus permen untuk mengumpulkan recehan.

Mungkin suatu hari anak lelaki itu yang akan bercerita kepada ibu dan ayahnya bagaimana indahnya dunia ataukah justru berkisah tentang sulitnya dunia.Hari ini ia yang berada dalam gendongan ayahnya, mungkinkah suatu hari ia yang akan menggendong sayang ayahnya?

2 komentar: