Jumat, 11 November 2011

Bersyukur Bukan Berarti Cepat Puas


Tuhan mengajarkan untuk bersyukur, tetapi puas terlalu cepat adalah sebuah pilihan.
                Saat ini setiap hari adalah hari ketika rutinitas berganti dan matahari takpernah benar mampu dipandangi. Itu pasti adalah sebuah keberuntungan, kala apa yang dingini datang dengan cepat dan seharusnya memilih akan begitu mudah. Sayangnya manusia terlalu menikmati dunia dan kepuasan itu takterhingga. Bersyukur bukan sebuah lupa hanya jadi selalu seperti juga ingin.
                Maka apa yang dingini akan terus ada, takberhenti di suatu titik. Dapat yang ini akan ada yang itu. Setelah hari ini akan ada besok, nanti, dan masih ada hari-hari dengan keinginan baru.
                Akhirnya yang ditakuti adalah ketika suatu jalan terbuka  lebar, tetapi hati mulai punya tanya yang begitu banyak. Apakah ya? Mungkinkah ya? Tidakkah ini akan terlalu? Bagaimana kalau?  Seperti juga hasrat yang takhingga pertanyaan ini tidak akan habis, serupa balita yang ingin tahu dunianya yang kecil penuh dengan tanda (?). ataukah seorang filsuf yang ingin memaknai arti hidup?
TUHAN SELALU MEMBERIKAN PILIHAN
                Mapan dan puas itu abstrak. Mapan itu bukan seberapa besar rumah yang dibangun. Bukan berapa banyak mobil di garasi. Puas itu bukan besok takada lagi yang dingini tetapi hal yang besok akan ada lagi untuk digapai. Karena itu, mereka jadi abstrak bagi tiap orangnya.
                Masing-masing kita mencarinya, dalam dinginnya pagi, dalam pekatnya malam, pada teriknya siang, dan pada indahnya senja.  Lalu bagaimanakah kita menggapainya ada jalan yang lurus, ada tikungan, semua digariskan dan bukankah Ia pun telah berjanji?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar